MITOS MAUNG PANJALU
Kisah mengenai Maung Panjalu adalah berlatar belakang hubungan dari dua kerajaan besar yaitu Pajajaran dan Majapahit.
Kisah Maung Panjalu berawal dari Dewi Sucilarang yang dinikahi oleh Pangeran Gajah Wulung.
Ketika sang Dewi Sucilarang mengandung dan usia kandungannya tua, semakin mendekati persalinan, beliau meminta agar supaya melahirkan di Pajajaran, sang pangeran menyetujui permintaan isterinya itu dan diantarkanlah puteri ke kampung halamannya disertai pengawalan tentara kerajaan yang sangat ketat dan tangguh.
Patung Maung Panjalu yang tedapat di Alun-Alun Panjalu / Taman Borosngora |
Di malam hari tanpa diduga sang puteri melahirkan dua orang putera-puteri yang kembar, anak laki laki diberi nama Bongbang Larang sedangkan anak perempuan diberi nama Bongbang Kancana.
Ari-ari kedua bayi itu disimpan dalam sebuah pendil seperti halnya kendi (atau wadah terbuat dari tanah liat) dan diletakkan di atas sebuah batu yang besar.
Bongbang Larang dan Bongbang Kancana pergi secara diam-diam pergi ke Majapahit.
mereka beristirahat di kaki Gunung Sawal, mereka yang kehausan mencari sumber air di sekitar tempat itu dan menemukan sebuah pendil seperti kendi berisi air di atas sebuah batu besar yang sebenarnya adalah bekas wadah ari-ari mereka sendiri yang telah di simpan di batu itu selama bertaun-taun.
Bongbang Larang langsung menenggak isi pendil itu sehingga kepalanya masuk dan tersangkut. Sang adik yang kebingungan kemudian menuntun Bongbang Larang mencari seseorang yang bisa melepaskan pendil itu dari kepala kakaknya tersebut.
Akhirnya mereka bertemu dengan Aki Ganjar, sayangnya orang tersebut tidak kuasa melepaskan pendil yang menyangkut tersebut, tetapi ia kemudian menyarankan agar kedua remaja ini menemui Aki Garahang di pondoknya arah ke utara.
Setelah bertemu, Aki Garahang memecahkan pendil dengan kujang sehingga terbelah menjadi dua (kujang ini sampai sekarang tersimpan di Bumi Alit Panjalu).
kemudian mereka berdua mengabdi kepada Aki Garahang, sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke Majapahit.
ketika Aki Garahang Pergi menitipkannya padepokannya kepada mereka dan berpesan supaya tidak mendekati kulah yang berada di dekat padepokan.
ketika Aki Garahang Pergi menitipkannya padepokannya kepada mereka dan berpesan supaya tidak mendekati kulah yang berada di dekat padepokan.
Ternyata mereka mendatangi kulah tersebut. Bongbang Larang menceburkan dirinya dan mandi kedalam kulah tersebut sementara adiknya hanya membasuh kedua tangan dan wajah sambil merendamkan kedua kakinya di kulah tersebut yang jernih dengan ikan ikan yang berwarna.
Setelah naik kedaratan mereka kaget karena wajah dan tubuhnya penuh dengan bulu seperti maung.
Dan keduanyapun berubah menjadi maung.
Maka menurut kepercayaan leluhur Panjalu, kedua harimau itu selalu berkeliaran di panjalu pada bulan mulud.
Jadi di daerah panjalu khusunya orang panjalu pantang meminum air dari tempatnya langsung seperti teko. Bila seseorang melanggar itu kono katanya bakal ada maung tersebut menghampirinya.
Wallohuallam.
Semoga menjadi pelajaran yang berharga bagi kita agar supaya kita tidak sembarangan melakukan apapun dan yang intinya mematuhi perkataan orang tua.
No comments:
Post a Comment