Situs Astana Gede Terletak di Desa Kawali, Kec. Kawali Kab. Ciamis,
tepatnya ± 21 km dari kota Ciamis ke arah Utara dan ini merupakan Ciamis Utara.
Di dalam Astana gede ini terdapat budaya-budaya dan peninggalan berupa prasasti
yang terawat sampai sekarang ini. Luas situs Astana Gede kurang lebih sekitar 5
ha, yang dikelilingi oleh pepohonan yang rima dan tinggi sehingga memberikan
suasana yang nyaman dan asri dan tempat ini berkesan religius sekaligus misti. Di Situs Astana Gede tersebut terdapat sebuah makam yang ukurannya
besar dan panjang berbeda halnya dengan makam-makam yang terdapat di zaman
sekarang ini. Situs Astana Gede mempunyai nama asrti tersendiri yaitu karena
dalam bahasa Sunda gede artinya besar dan Astana yaitu Makam.Selain batu-batu prasasti terdapat pula peninggalan lainnya seperti:1. Seperangkat batu disolit, yaitu batu tempat pelantikan raja yang
disebut Palangka.2. Batu telapak kaki
dan tangan dengan garis retak retak.3. Tedapat 3 (tiga)
buah batu menhir: Batu Penyandaraan, Penyandungan, dan Batu Pamuruyan.Berdasarkan paparan tersebut di wilayah kawali pada zaman dahulu kala
terdapat kerajaan dan memiliki budaya budaya lokal sekaligus merupakan pusat
pemerintahan dimasanya.
Batu Tapak/Kolenjer
Prasasti tiga berupa batu yang di atasnya terdapat dua tapak kaki dan tangan Raja Niskalawastu Kancana, dan titik-titik dengan 40 lobang garis melintang, dan ilmuwan menyebutnya dengan kolenjer, atau kalender.
Makna yang bisa kita petik dari prasasti ini adalah : Sebagai manusia kita harus mengenal waktu dan pandai dalam memanfaatkan serta memilih waktu yang tepat.
Prasasti tiga berupa batu yang di atasnya terdapat dua tapak kaki dan tangan Raja Niskalawastu Kancana, dan titik-titik dengan 40 lobang garis melintang, dan ilmuwan menyebutnya dengan kolenjer, atau kalender.
Makna yang bisa kita petik dari prasasti ini adalah : Sebagai manusia kita harus mengenal waktu dan pandai dalam memanfaatkan serta memilih waktu yang tepat.
Situs Astana Gede atau yang
sering disebut juga dengan Prasasti Kawali yaitu beberapa prasasti yang ditemukan
di kawasan Kabuyutan kawali, Kec. Kawali Kab. Ciamis, begitupula pada prasasti "utama" yang
bertulisan paling banyak (Prasasti Kawali I).
Adapun secara keseluruhan,jumlah
prasasti yang terdapat di Astana Gede ini terdapat enam buah prasasti. Semua prasasti
ini menggunakan bahasa dan aksara sunda zaman dahulu yang beda tulisannya dengan
zaman sekarang atau yang disebut dengan (Kaganga).
Meskipun prasasti tersebut tidak berisi candrasangkala, prasasti-prasasti ini diperkirakan oleh orang tua dan
budayawan berasal dari paruh kedua abad ke-14 berdasarkan nama raja yang ada di kawali
tersebut.
Berdasarkan
perbandingan dengan peninggalan sejarah lainnya seperti naskah cerita Parahyangan dan Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara, keseluruhannya dapat
disimpulkan bahwa Prasasti Kawali I tersebuti merupakan sakakala atau tugu peringatan untuk mengenang
kejayaan Prabu Niskala Wastu Kancana yang
meninggal dunia, beliau adalah penguasa Sunda yang bertahta di Kawali pada masanya
dan dia sangat disegani oleh rakyatnya dan berwibawa, beliau adalah putra Prabu
Linggabuana yang gugur di Bubat
pada waktu itu dan meninggal dunia.
Prasasti
Kawali I di kawasan kabuyutan Astana Gede, Kawali bertuliskan seperti berikut
ini :
Teks di bagian muka atau
dibagian depannya:
1.
nihan tapa kawa-
2.
li nu sang hyang mulia tapa bha-
3.
gya parĕbu raja wastu
4.
mangadĕg di kuta ka-
5.
wali nu mahayuna kadatuan
6.
sura wisesa nu marigi sa-
7.
kuliling dayĕh. nu najur sakala
8.
desa aja manu panderi pakĕna
9.
gawe ring hayu pakĕn hebel ja
10.
ya dina buana
Teks di
bagian tepi tebal:
1.
hayua diponah-ponah
2.
hayua dicawuh-cawuh
3.
inya neker inya angger
4.
inya ninycak inya rempag
Bila diartikan kedalam bahasa Indonesia sebagai
berikut :
Teks di
bagian muka:
Inilah
jejak (tapak) (di) Kawali (dari) tapa dia Yang Mulia Prabu Raja Wastu (yang) mendirikan
pertahanan (bertahta di) Kawali, yang telah memperindah kedaton Surawisesa,
yang membuat parit pertahanan di sekeliling wilayah kerajaan, yang memakmurkan
seluruh pemukiman. Kepada yang akan datang, hendaknya menerapkan keselamatan
sebagai landasan kemenangan hidup di dunia.
Teks di
bagian tepi tebal:
Jangan
dimusnahkan!
Jangan
semena-mena!
Ia
dihormati, ia tetap.
Ia
menginjak, ia roboh
No comments:
Post a Comment